Sumbar Bersuara – Setelah sempat dilaporkan hilang kontak, rombongan mahasiswa KKN Universitas Andalas (Unand) yang melakukan kegiatan lapangan di kawasan hutan Nagari Pauah Sangik, Kecamatan Akabiluru, akhirnya ditemukan dalam kondisi selamat pada Jumat dini hari (1/8/2025).
Rombongan berjumlah 24 orang, terdiri dari 17 mahasiswa Unand, perangkat nagari seperti wali nagari dan wali jorong, serta tiga pemuda setempat. Mereka berangkat pada Kamis pagi (31/7) sekitar pukul 08.00 WIB, dengan tujuan meninjau keberadaan tanaman kopi liar sebagai bagian dari agenda KKN.
Namun, di dalam perjalanan salah seorang mahasiswa mengalami cedera pada bagian kaki akibat terpeleset di medan yang curam. Awalnya korban masih mampu berjalan perlahan, namun kondisinya memburuk saat menuruni jalan. Rombongan pun memutuskan untuk beristirahat di tengah hutan karena proses evakuasi tidak memungkinkan dilakukan segera.
Situasi makin rumit karena sinyal telepon seluler hilang total sejak siang hari. Seiring waktu, komunikasi dengan pihak luar terputus, sementara rombongan yang semula diperkirakan kembali pukul 18.00 WIB tidak kunjung tiba hingga malam. Kekhawatiran pun meningkat di kalangan keluarga dan warga, yang akhirnya melapor ke pihak berwenang.
Basarnas menerima laporan hilangnya rombongan pada Kamis malam. Tim Rescue Pos SAR Limapuluh Kota yang beranggotakan tujuh personel segera bergerak ke lokasi dan tiba di Posko Wali Nagari Pauah Sangik pada pukul 22.40 WIB. Pencarian dimulai setengah jam kemudian.
Upaya pencarian membuahkan hasil. Sekitar pukul 00.40 WIB, Jumat dini hari, rombongan berhasil ditemukan dalam kondisi selamat. Proses evakuasi dilakukan secara bertahap dan selesai pada pukul 02.57 WIB, ketika rombongan kedua tiba di kantor wali nagari dengan pengawalan tim pencarian gabungan.
Kapolsek Akabiluru, IPTU Marjohan, menyatakan bahwa secara teknis kejadian ini bukan sepenuhnya dikategorikan sebagai insiden tersesat, melainkan keterlambatan karena kondisi darurat di lapangan. Ia juga mengungkapkan bahwa beberapa faktor seperti keterbatasan logistik, kurangnya peralatan navigasi, dan cuaca buruk turut memperlambat perjalanan rombongan.
Beruntung, seluruh anggota rombongan kembali dalam keadaan sehat dan selamat. Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya persiapan matang sebelum melakukan kegiatan lapangan di wilayah dengan medan berat dan keterbatasan akses komunikasi.